
Oleh : Ready Advance, ST, MBA.
Dewan Direksi PT FENI HALTIM (FHT)
Alumni Lemhanas 2025.
HALTIMTV.COM – Kebijakan pemberian makan gratis bagi anak-anak adalah program yang banyak diaplikasikan di dunia.
Salah satu lesson learned pemberian makan gratis di dunia adalah oleh Pemerintah Belanda.
Kebijakan ini diinisiasi pada tahun 1900 dimana pemerintah Belanda mengizinkan pemerintah daerah untuk memberi makan dan pakaian gratis kepada anak-anak yang kekurangan sumberdaya.
Kebijakan ini juga diimplementasikan oleh Inggris (tahun 1906), Amerika Serikat (tahun 1933), Jerman (tahun 1946), Brasil (tahun 1946), India (tahun 2001), Afrika Selatan (tahun 1994), dan Cina (tahun 2011).
Situasi Terkini.

Data kondisi gizi anak Indonesia berusia di bawah lima tahun di Indonesia dapat dilihat pada gambar diatas
Mayoritas karena stunting mencapai 21,5%.
Program MBG? Loh kok bahas program MBG bukan hilirisasi?
Karena program MBG itu sendiri menciptakan multiplier effect untuk hilirisasi bidang Pertanian dan Perikanan.
Jika anda terlibat dengan program MBG dan jika anda memiliki 1 (satu) dapur/SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) dengan kata lain, anda membuka restoran dengan kepastian offtaker sebanyak 3000-3800 mulut (anak sekolah dan Ibu hamil) setiap hari.
Sebagaimana disampaikan Bapak Prabowo Subianto saat acara dialog bersama Chairman dan Editor-in-Chief Forbes Media bahwa saat ini sudah ada 11,900 dapur. Dampaknya apa?
Arahnya ke Swasembada Pangan.
Optimalisasi sektor Perikanan.
Hal ini dimulai dari legalitas, peningkatan kapasitas, pembiayaan, perluasan pasar, dan kemitraan antara UMKM pemasok potensial dan dapur-dapur SPPG.
Saat ini SPPG mengejar dimana sumber potensi perikanan segar. Produksi budi daya ikan di tahun 2024 mencapai 6,37 juta ton. Mostly diekspor.
Dengan adanya program MBG maka program modeling budi daya komoditas laut akan semakin banyak dan bervariasi.
Sekaligus program MBG yang secara QC (quality control) memiliki standarisasi sendiri bisa melatih produsen ikan untuk memperhatikan standar Sanitasi, standar Keamanan Pangan sehingga rakyat bisa lebih terlatih.
Pemerintah daerah perlu menfasilitasi pelatihan dan insentif sertifikasi bagi petambak (model koperasi petambak atau BUMDes Pangan menjadi agregator) yang ingin masuk ke rantai pasok MBG.
Dengan asumsi konsumsi 50 gram protein ikan per anak per hari dikali 36 juta anak saat tulisan ini dibuat maka dibutuhkan 1,800 ton ikan per hari.
Permintaan domestik yang stabil akan menciptakan basis pasar domestik yang lebih resilien.
Optimalisasi sektor Pertanian. Biasanya daerah yang menjadi sentra pertanian, kita ambil contoh saja daerah penghasil beras seperti Jawa Timur (Lamongan, Ngawi, Bojonegoro), Jawa Barat (Indramayu, Subang, Karawang), Jawa Tengah (Grobogan, Pati), Sulawesi Selatan (Wajo, Bone, Sidrap).
Namun ada wilayah-wilayah (biasanya di ujung atau Kawasan Timur Indonesia) dimana biaya produksi pertanian tinggi, akses distribusi terbatas, masuknya bahan pangan murah dari luar membuat daerah tersebut memiliki ketergantungan pangan dari luar wilayahnya.
Hal ini berubah sejak ada MBG. Jalur distribusi hasil pertanian kini diarahkan ke Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Tentu dapur akan mengambil sumber pangan dari Lokasi Terdekat karena biaya logistik rendah.
Program Pangan Pekarangan Bergizi (P2B) Kementerian Pertanian menjadi salah satu pendamping untuk memberdayakan petani lokal.
Tidak lupa Kementerian Perdagangan ambil bagian dalam program pupuk bersubsidi.
Pupuk subsidi ini ditujukan untuk sembilan komoditas utama nasional seperti padi, jagung, kedelai, cabai, bawang, kopi, dan kakao.
Menurut Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana : Rata-rata satu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) mengelola dana sekitar Rp10 miliar per tahun.
Dari jumlah itu, 85 persen digunakan untuk membeli bahan baku, dengan 95 persen di antaranya berasal dari sektor pertanian.
Jika program ini menggunakan sumberdaya lokal, maka MBG akan mengurangi impor sehingga biaya distribusi rendah dan meningkatkan kesejahteraan petani dan UMKM Mitra.
Total kebutuhan bahan pangan yang dipasok petani, peternak, nelayan, usaha mikro dan kecil mencapai 14,6 juta ton/tahun juga mampu menciptakan 38 sampai 61 tenaga kerja langsung per desa dan meningkatkan kesejahteraan petani, peternak, nelayan, usaha mikro dan kecil dengan meningkatkan pendapatannya sebesar 1,5 sampai 2,0 kali UMR (Hendrawan 2025).
Terakhir, kami mengucapkan SELAMAT ULANG TAHUN KE 74 BAPAK PRESIDEN PRABOWO SUBIANTO.
Semoga selalu sehat dan kuat memimpin kami semua.
Penulis Adalah Dewan Direksi PT Feni Haltim.












